Selasa, 28 Juni 2011

<object width="320" height="240" ><param name="allowfullscreen" value="true" /><param name="movie" value="http://www.facebook.com/v/137955342921124" /><embed src="http://www.facebook.com/v/137955342921124" type="application/x-shockwave-flash" allowfullscreen="true" width="320" height="240"></embed></object>

Kamis, 30 September 2010

“Perempuan Berjilbab”




Perempuan itu adalah perhiasan terindah yan g di ciptakan oleh Allah SWT di dunia ini. Perempuan diberi hati yang lembut, santun, dan bermutiara. Maka tidak pantaslah bagi kaum adam untuk menyakiti hati seorang mutiara. Hati perempuan itu lembut, tak kuat untuk tergoreskan sedikit luka saja. Wqalau itu hanya setitik.
Membahasa tentang perempuan, ada salah satu hadits yang mengatakan bahwa perempuan itu adalah aurat. “Dari Abdullah dari Nabi Muhammad shallallohu ‘alaihi wasallam, beliau bersabda : Perempuan itu adalah aurat, maka jika ia keluar ia di iringi oleh setanHadits yang diriwayatkan dari Haidts Tirmidzi.
Maksudnya adalah apabila seorang perempuan keluar dari rumah apalagi dia memakai pakaian yang tipis, dan terlihat oleh kaum laki – laki (kaum adam), maka akan mengundang syahwat dari kaum adam terseubt. Di sebutlah perempuan sebagai aurat dan di iringi oleh setan.
Untuk mencegah hal tersebut diatas, Allah memerintahkan dan mewajibkan pada para perempuan muslim untuk berjilbab (menutup aurat). Hal ini dicantumkan dalam surat Al – Ahjab (59) yang artinya adalah sebagai berikut : “Wahai Nabi katakanlah kepada istri – istrimu, anak – anakmu, dan perempuan – perempuan kaum muslimin agar mereka mengulurkan jilbab ke seluruh tubuh mereka yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”.
“Katakan lah kepada perempuan yang berima, hendaklah mereka menahan pandangannya, memelihara kemaluannya, dan janganlah menampakan perhiasannya, kecuali yang biasa tampak darinya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kerudung ke dadanya,. (QS. An – Nuur : 31).
Berdasarkan pada kedua surat tersebut diatas, dijelaskan bahwa setiap perempuan muslim wajib memakai jilbab, menutup dada dalam arti menutup hati dari perbuatan kotor dan tercela. Dan aurat bagi perempuan adalah seluruh bagian tubuh kecuali wajah dan telapak tangan.
Ibnu MAs’ud pernah berkata, “Perhiasan yang lahir (yang biasa tampak) adalah pakaian”. Dan di katakana pula oleh Ibnu Jubair bahwa “Wajah juga merupakan perhiasan lahir”. Dan ditambah oleh Sa’id Jubair yaitu, “Wajah dan kedua telapak tangan”.
Terdapat satu kisah di zaman Nabi yang diriwayatkan oleh Abu Daud dari Aisyah r.a bahwa ketika Asma’ binti Abu Bakar r.a bertemu dengan Rasullullah. Asma’ mengenakan pakaian yang tipis, kemudian Rasullullah memalingkan wajahnya seraya bersabda : “Wahai Asma’ sesungguhnya jika seorang wanita telah mencapai masa baligh (haid) maka tidak layak lagi bagi dirinya menampakannya,kecuali ini…(dengan mengisyaratkan pada wajah dan telapak tangannya)”.
Jelaslah dalam sabda tersebut, Rasullullah saw mengatakan bahwa seluruh tubuh adalah aurat, kecuali wajah dan kedua telapak tangan. Maka yang lainnya selain kedua itu adalah perhiasan yang tidak boleh ditampakkan pada orang lain.
Dan sekarang marilah kita belajar menutup diri karena seorang perempuan yang bermutiara itu sesungguhnya adalah perempuan yang tertutup. Terhormatlah perempuan mutiara yang tertutup oleh jilbab suci, beserta menutup dadanya dari segala laku tercela.

Pengaruh Keluarga terhadap Kenakalan Remaja




Pengaruh keluarga yang bisa menyebabkan kenakalan remaja adalah :

  1. Keluarga yang Broken Home

Masa remaja adalah masa yang dimana seorang sedang mengalami saat kritis sebab ia akan menginjak ke masa dewasa. Remaja berada dalam masa peralihan. Dalam masa peralihan itu pula remaja sedang mencari identitasnya. Dalam proses perkembangan yang serba sulit dan masa-masa membingungkan dirinya, remaja membutuhkan pengertian dan bantuan dari orang yang dicintai dan dekat dengannya terutama orang tua atau keluarganya. Seperti yang telah disebutkan diatas bahwa fungsi keluarga adalah memberi pengayoman sehingga menjamin rasa aman maka dalam masa kritisnya remaja sungguh-sungguh membutuhkan realisasi fungsi tersebut. Sebab dalam masa yang kritis seseorang kehilangan pegangan yang memadai dan pedoman hidupnya. Masa kritis diwarnai oleh konflik-konflik internal, pemikiran kritis, perasaan mudah tersinggung, cita-cita dan kemauan yang tinggi tetapi sukar ia kerjakan sehingga ia frustasi dan sebaginya. masalah keluarga yang broken home bukan menjadi masalah baru tetapi merupakan masalah yang utama dari akar-akar kehidupan seorang anak. Keluarga merupakan dunia keakraban dan diikat oleh tali batin, sehingga menjadi bagian yang vital dari kehidupannya.

Penyebab timbulnya keluarga yang broken home antara lain:

a.       Orang tua yang bercerai

Perceraian menunjukkan suatu kenyataan dari kehidupan suami istri yang tidak lagi dijiwai oleh rasa kasih sayang dasar-dasar perkawinan yang telah terbina bersama telah goyah dan tidak mampu menompang keutuhan kehidupan keluarga yang harmonis. Dengan demikian hubungan suami istri antara suami istri tersebut makin lama makin renggang, masing-masing atau salah satu membuat jarak sedemikian rupa sehingga komunikasi terputus sama sekali. Hubungan itu menunjukan situas keterasingan dan keterpisahan yang makin melebar dan menjauh ke dalam dunianya sendiri. jadi ada pergeseran arti dan fungsi sehingga masing-masing merasa serba asing tanpa ada rasa kebertautan yang intim lagi.

b.      Kebudayaan bisu dalam keluarga

Kebudayaan bisu ditandai oleh tidak adanya komunikasi dan dialog antar anggota keluarga. Problem yang muncul dalam kebudayaan bisu tersebut justru terjadi dalam komunitas yang saling mengenal dan diikat oleh tali batin. Problem tersebut tidak akan bertambah berat jika kebudayaan bisu terjadi diantara orang yang tidak saling mengenal dan dalam situasi yang perjumpaan yang sifatnya sementara saja. Keluarga yang tanpa dialog dan komunikasi akan menumpukkan rasa frustasi dan rasa jengkel dalam jiwa anak-anak. Bila orang tua tidak memberikan kesempatan dialog dan komunikasi dalam arti yang sungguh yaitu bukan basa basi atau sekedar bicara pada hal-hal yang perlu atau penting saja; anak-anak tidak mungkin mau mempercayakan masalah-masalahnya dan membuka diri. Mereka lebih baik berdiam diri saja. Situasi kebudayaan bisu ini akan mampu mematikan kehidupan itu sendiri dan pada sisi yang sama dialog mempunyai peranan yang sangat penting. Kenakalan remaja dapat berakar pada kurangnya dialog dalam masa kanak-kanak dan masa berikutnya, karena orangtua terlalu menyibukkan diri sedangkan kebutuhan yang lebih mendasar yaitu cinta kasih diabaikan. Akibatnya anak menjadi terlantar dalam kesendirian dan kebisuannya. Ternyata perhatian orangtua dengan memberikan kesenangan materiil belum mampu menyentuh kemanusiaan anak. Dialog tidak dapat digantikan kedudukannya dengan benda mahal dan bagus. Menggantikannya berarti melemparkan anak ke dalam sekumpulan benda mati.





c.       Perang dingin dalam keluarga

Dapat dikatakan perang dingin adalah lebih berat dari pada kebudayaan bisu. Sebab dalam perang dingin selain kurang terciptanya dialog juga disisipi oleh rasa perselisihan dan kebencian dari masing-masing pihak. Awal perang dingin dapat disebabkan karena suami mau memenangkan pendapat dan pendiriannya sendiri, sedangkan istri hanya mempertahankan keinginan dan kehendaknya sendiri.

2. Pendidikan yang salah

a.       Sikap memanjakan anak

Keluarga mempunyai peranan di dalam pertumbuhan dan perkembangan pribadi seorang anak. Sebab keluarga merupakan lingkungan pertama dari tempat kehadirannya dan mempunyai fungsi untuk menerima, merawat dan mendidik seorang anak. Jelaslah keluarga menjadi tempat pendidikan pertama yang dibutuhkan seorang anak. Dan cara bagaimana pendidikan itu diberikan akan menentukan. Sebab pendidikan itu pula pada prinsipnya adalah untuk meletakkan dasar dan arah bagi seorang anak. Pendidikan yang baik akan mengembangkan kedewasaan pribadi anak tersebut. Anak itu menjadi seorang yang mandiri, penuh tangung jawab terhadap tugas dan kewajibannya, menghormati sesama manusia dan hidup sesuai martabat dan citranya. Sebaliknya pendidikan yang salah dapat membawa akibat yang tidak baik bagi perkembangan pribadi anak. Salah satu pendidikan yang salah adalah memanjakan anak. Keadilan orang tua yang tidak merata terhadap anak dapat berupa perbedaan dalam pemberian fasilitas terhadap anak maupun perbedaan kasih sayang. Bagi anak yang merasa diperlakukan tidak adil dapat menyebabkan kekecewaan anak pada orang taunya dan akan merasa iri hati dengan saudara kandungnya. Dalam hubungan ini biasanya anak melakukan protes terhadap orang tuanya yang diwujudkan dalam berbagai bentuk kenakalan.

b.      Anak tidak diberikan pendidikan agama

Hal ini dapat terjadi bila orang tua tidak meberikan pendidikan agama atau mencarikan guru agama di rumah atau orang tua mau memberikan pendidikan agama dan mencarikan guru agama tetapi anak tidak mau mengikuti. Bagi anak yang tidak dapat mengikuti pendidikan agama akan cenderung untuk tidak mematuhi ajaran-ajaran agama. Seseorang yang tidak patuh pada ajaran agama mudah terjerumus pada perbuatan keji dan mungkar jika ada faktor yang mempengaruhi seperti perbuatan kenakalan remaja.

3. Anak yang ditolak

Penolakan anak biasanya dilakukan oleh suami istri yang kurang dewasa secara psikis. Misalkan mereka mengharapkan lahirnya anak laki-laki tetapi memperoleh anak perempuan. Sering pula disebabkan oleh rasa tidak senang dengan anak pungut atau anak dari saudara yang menumpang di rumah mereka. Faktor lain karena anaknya lahir dengan keadaan cacat sehingga dihinggapi rasa malu. Anak-anak yang ditolak akan merasa diabaikan, terhina dan malu sehingga mereka mudah sekali mengembangkan pola penyesalan, kebencian, dan agresif.

Dalam mengatasi kenakalan remaja yang paling dominan adalah dari keluarga yang merupakan lingkungan yang paling pertama ditemui seorang anak. Di dalam menghadapi kenakalan anak pihak orang tua kehendaknya dapat mengambil dua sikap bicara yaitu:

1.      Sikap atau cara yang bersifat preventif

Yaitu perbuatan/tindakan orang tua terhadap anak yang bertujuan untuk menjauhkan si anak daripada perbuatan buruk atau dari lingkungan pergaulan yang buruk. Dalam hat sikap yang bersifat preventif, pihak orang tua dapat memberikan atau mengadakan tindakan sebagai berikut :

a. Menanamkan rasa disiplin dari ayah terhadap anak.
b. Memberikan pengawasan dan perlindungan terhadap anak oleh ibu.
c. Pencurahan kasih sayang dari kedua orang tua terhadap anak.
d. Menjaga agar tetap terdapat suatu hubungan yang bersifat intim dalam satu ikatan keluarga.

Disamping keempat hal yang diatas maka hendaknya diadakan pula:

a. Pendidikan agama untuk meletakkan dasar moral yang baik dan berguna.
b. Penyaluran bakat si anak ke arab pekerjaan yang berguna dan produktif.
c. Rekreasi yang sehat sesuai dengan kebutuhan jiwa anak.
d. Pengawasan atas lingkungan pergaulan anak sebaik-baiknya.
2. Sikap atau cara yang bersifat represif

Yaitu pihak orang tua hendaknya ikut serta secara aktif dalam kegiatan sosial yang bertujuan untuk menanggulangi masalah kenakalan anak seperti menjadi anggota badan kesejahteraan keluarga dan anak, ikut serta dalam diskusi yang khusus mengenai masalah kesejahteraan anak-anak. Selain itu pihak orang tua terhadap anak yang bersangkutan dalam perkara kenakalan hendaknya mengambil sikap sebagai berikut :

a.Mengadakan introspeksi sepenuhnya akan kealpaan yang telah diperbuatnya sehingga menyebabkan anak terjerumus dalam kenakalan.
b.Memahami sepenuhnya akan latar belakang daripada masalah kenakalan yang menimpa anaknya.
c.Meminta bantuan para ahli (psikolog atau petugas sosial) di dalam mengawasi perkembangan kehidupan anak, apabila dipandang perlu.
d. Membuat catatan perkembangan pribadi anak sehari-hari.

Perubahan Dalam Hidup



          Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum sampai perubahan itu dimulai dari diri sendiri (Al – Qur’an)

          Sobat – sobat semua,
          Tatkala setiap manusia akan dilahirkan kedunia, sesungguhnya setiap manusia telah ditentukan nasib dan takdirnya sendiri – sendiri oleh Allah SWT. Semua hal, mulai dari rizki, jodoh, kapan, dimana dan saat bagaimana kita mati, itu semua telah di atur Allah dengan sedemikian rupa, dan serapih mungkin tanpa ada satupun manusia yang terlewatkan. Semua sudah tertulis dalam catatan kehidupan kita yang Allah buatkan.
          Namun, satu hal yang harus kita ketahui bahwa semua hal tersebut tidaklah mutlak harus terjadi pada diri kita. Karena Allah telah memberikan kita jalan sebagai manusia untuk merubah apa yang tertulis, sebelum perubahan itu menjadi lebih baik ataupun lebih buruk.
          Setiap jiwa yang pernah dan akan mengisi raga kita untuk hidup dikemudian hari diberikan satu hal yang istimewa dari Allah SWT. Satu hal yang membedakan manusia dengan makhluk lainnya di muka bumi. Yakni akal dan fikiran.
          Ya, hal ini dapat membuat kita berfikir secara kritis, dan mengambil tindakan terhadap apa yang dating pada manusia. Semua manusia memiliki kemampuan yang sama terkecuali umat Yahudi yang memiliki kecerdasan lebih dibadingkan umat yang lainnya. Hal ini terjadi karena Allah SWT telah menjanjikan kecerdasan lebih untuk umat Yahudi.
          Sobat – sobat semua,
          Lalu, apakah kita telah mempergunakan akal dan fikiran kita secara optimal?
          Secara garis besar sebenarnya kita telah menggunakan otak kita dalam kehidupan kita sehari – hari. Setiap tindakan dan perilaku yang kita lakukan selalu didasarkan pada akal dan fikiran yang kita miliki. Namun, alangkah disayangkan apabila kita lebih menggunakannya untuk hal – hal yang cenderung negative. Bukan hal – hal yang positif.
          Pada saat seseorang dijatuhi cobaan kemiskinan, yang ada dalam otak kita hanyalah bagaimana cara kita agar kaya secara cepat. Dan ironisnya, cara yang lebih sering dilakukan adalah cara yang salah, bukan malah cara yang baik.
          Pernahkah kalian dengar sebuah kata indah dari Rasullullah bahwa, “Sesungguhnya aku adalah seorang tauladan yang paling baik”? tapi kenapa kita tidak mencontoh Nabi kita sendiri sebagai tauladan yang paling baik?
          Berdasarkan hal ini sudah sepatutnya kita  berperilaku dengan mencontoh Rasullullah. Jangan mencontoh orang lain yang belum tentu menjadi tauladan yang baik.
          Sebelum berakhir mari kita sekilas membaca tentang kisah klasik yang menarik.
          “ada seorang pelacur yang saat itu ia ingat pada Allah SWT setelah ia melakukan ritual pelacuran. Dia mencari seorang ulama untuk membantunya bertaubat. Namun ketika ia berjalan ditengah padang pasir yang sangat panas ia merasa sangat haus dan tidaqk tahu harus mencari air dimana. Lalu ia menemukan sebuah sumur yang airnya sedikit, pendek cerita ia berhsil mendapatkan sedikit air untuk minum. Namun ia menemukan seekor anjing yang kehausan dan hampir mati. Dia berfikir, jika aku meminumnya anjing itu akan mati, tapi jika kuberikan air ini pada anjing itu maka aku yang akan mati. Namun karena rasa ibanya akhirnya ia berikan air itu pada si anjing. Dan apa yang terjadi? Perempuan itu mati. Namun Allah mengampuni segala dosa yang diperbuatnya di masa lalu. Karena ia mau melakukan perubahan untuk menjadi lebih baik.
          Subhanalloh… maha Suci Allah.

“Pilih Perawan atau Non Perawan???”


Di zaman ini, yang dikatakan sebagai zaman serba bebas, sanagat marak adanya seks bebas, MBA (menikah karena kecelakaan/hamil diluar nikah). Di zaman yang serba bebas ini pula banyak orang yang tak lagi mempermasalahkan keperawanan seorang gadis. Mereka bilang  yang penting pengalaman bukan keperawanan”.
Tapi se jujurnya yang mana yang lebih disukai oleh pria? Apakah perawan ataukah non perawan?
Sebelumnya semua pembaca harus ingat, jangan mengatakan wanita tetapi katakanlah perempuan. Saya lebih suka mendengar kata perempuan dibandingkan wanita.
Kenapa ?
Karena perempuan terkesan lebih halus dan berbobot. Sementara wanita saya takut disangkutkan atau tertukan dengan arti negative. Coba semua fakir adakah kata “Perempuan Tuna Susila” atau “Perempuan Panggilan”, “Perempuan Bayaran” dan lain – lain yang bertittle Perempuan? Yang ada itu “Wanita Tuna Susila”, “Wanita Panggilan”, dan “Wanita Bayaran”. Jadi mulai sekarang sebutlah perempuan, bukan wanita.
OK, kembali pada bahasan kita!
            Saya sempat membaca dalam sebuah blog, yang ternyata mengatakan bahwa ada sebuah penelitian, atau reset yang dilakukan di Australia oleh majalah ternama yaitu Majalah FHM mengenai model seperti apa yang disukai oleh para kaum laki – laki. Penelitian ini dilakukan terhadap kurang lebih sekitar 57.000 pria. Seluruhnya dimintai keterangan atau pengakuan tentang criteria perempuan seperti apa yang di idam – idamkan? Perempuan seperti apa yang ingin mereka nikahi?
            Ternyata terdapat hasil yang sangat mengejutkan dalam reset tersebut. Atau mungkin dan bahkan terbilang sangat ironis.
            Survey tersebut membuktikan 28% persendari jumlah seluruh pria tersebut mengungkapkan bahwa mereka inginmenikahi perempuan yang kesuciannya belum tersentuh, atau dengan kata lain adalah perempuan yang masih perawan.
            Namun jumlah pria yang tak mempersoalkan hal tersebut ternyata lebih banyak. Dengan hasil reset mencapai 41%. Yang justru ternyata menginginkan wanita yang telah melakukan hubungan seks dengan 5 pria yang berbeda. Dengan alasan mementingkan pengalaman, pukan keperawanan.
            Dan yang tidak kalah mengejutkan adalah, 5% dari pria – pria tersebut memilih wanita yang telah berganti pasangan seks 15kali atau mungkin lebih.
            Apa mungkin masalah pengalaman bermain seks dan keseruan dalam melakukan permainan sek menjadi pertimbangan yang cukup prioritas dalam hal ini?
            Dan kita lihat di Indonesia. Seks bebas ini sudah sangat marak dan sudak tidak ditutup – tutupi lagi. Dalam setiap harinya jumlah pelaku seks dini atau seks diluar nikah meningkat signifikan. Namun dalam memilih pasangan hidup dikemudian hari. Para pria Indonesia cukup terbilang munafik. Mayoritas dari para pria di Indonesia memilih perempuan perawan, padahal keperawanan para perempuan mereka – mereka juga yang merenggut.
            Tapi di luar keegoisan para pria di Indonesia ada pula yang sama seperti orang – orang luar yang tidak mementingkan keperawanan. Mereka lebih menginginkan pengalaman, walaupun jumlah pria seperti ini relatif sedikit dibandingkan pria yang menginginkan perempuan perawan yang jumlahnya sangat banyak. (end)

Bagaimana Aku Nanti Jika Aku Hanyalah Sosok Benda Terkekang




# Aku tlah  lelah mengikuti
Semua langkah kakimu
Dan berharap bisa memilikimu
Berbagai cara telah aku lakukan
Untuk hidupmu….
Hingga aku mengorbankan hidupku
Buka hatimu….
Bukalah sedikit untuku..

            Tahu lagu ini?
            Semua pasti hapal lagunya. Tapi dalam hal ini, bukan diartikan untuk kisah romantika percintaan di dunia para remaja. Melainkan konflik hati seorang anak yang beranjak dewasa terhadap kekangan, beban fikiran, emosi seorang anak pada orang tua, pada rumah, pada lingkungan keluarga.
            Keluarga yang berasal dari bahasa Sansekerta, yaitu KULA dan WARGA “kulawarga”, berarti “anggota” atau  “kelompok kerabat”. Dan keluarga dapat diartikan sebagai lingkungan dimana terdapat beberapa orang yang masih memiliki hubungan darah. Adapula yang dikatakan  “keluarga inti” (nuclear family) yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak – anaknya. Dan keluargalah yang menjadi tempat pembelajaran pertama, alat sosialisasi pertama, dan juga sebagai tempat bergaul yang pertama kalinya.
            Tapi bagaimana jika seorang anak terkekang, dan benar – benar merasa tidak nyaman dalam keluarga?
            Kala itu ku lihat sebuah benda terkapar di gemerlap lantai diskotik, entah sengaja ataukah tidak terdengar olehku suara jeritan hatinya yang mengamuk, emosi, menangis, dan dalam keadaan mabuk seperti saat itu. Terdengar sedikit samara suara jeritannya “bagaimana aku nanti jika aku hanya hidup dalam kekangan? Aku tak mau pulang malam, aku tak mau mabuk seperti ini, aku ingin mereka seperti yang ku harapkan”. Diskotik yang bising, dan ramiapun seakan seperti sebuah tanah pekuburan yang sepi untukku seletah mendengarnya. Anehnya aku berteriak padanya ditengah kebisingan “Kau anak pemberontak nak!”
            Di kala yang kedua, saatku ingin memotret tubuhku dengan sebuah kamera kesayanganku, dengan latar di emper – emper pasar yang kumuh dan begitu padat. Ku dapati sosok benda yang terkekang, namun dengan daya yang berbeda dengan benda yang ku temui di diskotik lalu.
            Kali ini dia menangis sejadi – jadinya, dia lemah, dia tak sempurna, dan diam tak berdaya. Ku tengadahkan wajahnya dengan mengangkat dagunya, sambil ku kecup sedikit bibisnya yang merah basah air mata, “Kau cengeng saying, tak sepantasnya kau begini. Tak usah kau terbelenggu dengan kekangan – kekangan yang kau rasakan. Berbuatlah sejadinya, sebisa, dan seperti yang kau inginkan”.
            Dan inilah kala ketiga ku, yang ku fikir begitu membosankan. Saat itu, hatiku  termenung menyisiri pantai yang menenangkan dan terkadang meninggikan emosiku karena gemuruhnya. Bruk… seorang kakek tua yang ku fikir depresi tiba – tiba menubrukku hingga kami jatuh bersamaan. Tiba – tiba pula beberapa detik setelah ia berlari – lari kecil sampai akhirnya jauth menabrakku. Kakek tua itu menangis, merengek, memanggil – manggil ibunya. Ya ampun sungguh seperti seorang anak kecil berumur 5tahun.
            Ku fikir mungkin benar dugaanku tadi, kakek – kakek ini pasti depresi berat. Mungkin karena di tinggal ibunya, atau istrinya, atau entahlah. Tapi aku bingung. Harus bagaimana aku? Bagaimana caraku membuatnya berhenti menangis?
            Selang beberapa menit, dating seorang ibu muda yang ku taksir umurnya sekitar 40an. Lari tergesa – gesa seperti mencemaskan sesuatu. Tapi kenapa dia berlari ke arahku? “Oh, mungkin dia adalah anak si kakek yang dengan sabar merawatnya.
            “Aduh anak mama. Kamu tidak apa – apa sayang? Apa yang sakit? Cup – cup. . .jangan menangis lagi ya saying, nanti mama belikan es krim kesukaanmu ya!” rayu si ibu dengan lembut.
Hah? Seorang perempuan 40 tahun memiliki anak seorang kakek – kakek.?
            Tak mungkin. Ini tidak akan mungkin. Apa – apaan ini? Semua kekonyolan ini tak lucu bagiku. Membuatku merasa sangat mual.
            Lalu seorang lelaki berbadan tegap berusia sekitar 48 tahun yang terlihat sangat sangar, dan galak mendekatiku. “Tenang nak, dia anak kami”. Aku semakin kaget, dan aku berfikir apa ini ada hubungannya dengan kedua benda yang ku temui di waktu yang lalu?
            Mungkin saja iya. Akhirnya dapat ku simpulkan, ternyata ini akibat dari kekangan itu.
            Bagi semua pembaca mungkin ada yang menganggap tulisan ini sungguh sangat konyol. Bahkan mungkin mencibirnya. Namun inilah yang saya sebut pengibaratan. Tapi pasti ada juga yang berkata “Ya ampun kasihan juga ya anak – anak yang terkekang” atau “alah menurut saja, itu kan orang tuamu. Bagaimanapun mereka kau tetap harus tunduk!”. Atau bahkan menagis, terharu, tertawa sampai terpingkal – pingkal dari kekonyolan yang penuh arti ini.
            Itulah manusia dengan emosi dan pemahaman yang satu sama lain slaing berbeda. Saya tidak akan menyalahkan itu.
            Tapi jelas dari cerita saya ini kita dapat menyimpulkan kembali, bahwa sedikitnya ada 3 (tiga) hal negative yang dapat ditimbulkan oleh kekangan, apakah sang anak itu menjadi lebih menyenangi kehidupan luar yang bebas, dan bahaya demi kesenangan semata, membangkang, lemah, pendiam, atau bahkan mentalnya tidak berkembang sesuai dengan umurnya. Sehingga si anak hanya dapat bergantung pada orang tua tanpa mengetahui luasnya dunia luar yang bisa dipositifkan. (end)