Senin, 27 September 2010

PUISI UNTUK SANG PEMIMPIN

PUISI UNTUK SANG PEMIMPIN

Ini adalah suara seorang remaja, suara kesedihan, suara tanpa kebanggaan. Yang terukir dalam sederet kalimat indah walau tak seindah tanahku yang dulu. Dengarlah wahai kau pemimpinku.

    Wahai kau yang disana...
    Tak lihatkah engkau keindahan yang tengah teralpakan ini?
    Tak sayangkah kau akan warna hidup ini?
    Mengapa hidup harus kalah oleh air?
    Mengapa damai harus hancur tanpa air pula?
    Kering salah... Basahpun tetap saja salah
   
    Bagaimana benar yang sebenarnya itu?
    Apa harus mendengar teriakan terlebih dulu?
    "TOLONG...TOLONG...TOLONG..."
    Seperti itukah?
    Apa harus tubuh mereka kekeringan terlebih dahulu?
    Ataukah harus mayat yang kaku kau lihat bergelimpangan dahulu?

    Tahukah engkau tuan?
    Rasa takut bersemadi dalam tangis dan doa mereka
    Lirih dan bersabar setiap kali musim berganti
    Entah apa yang sebenarnya mereka tunggu
    Karena datangnyapun tak tahu darimana
   
    Tuan...mereka kesakitan..kedinginan..kelaparan..
    Saat bumi muntahkan air dari kegeraman alam
    Saat hawa panas selimuti kekeringan hati
    Merekalah yang rasakan sengsaranya peringatan
   
    Ingatlah tuan..peringatan takan dimakan terdakwa saja
    Melainkan mereka juga yang tak berdosa
    Melainkan mereka juga yang tak tahu salahnya apa
    Menjerit...menangis...mati..koma..
    Sungguh sakit aku rasakan itu

    Andai tuan tahu
    Andai aku seorang kaya
    Tak akan ku dapati mereka menangis
    Kedinginan, kehausan, kesakitan lagi

    Sayang...aku hanya dapat berangan
    Ditengah kesengsaraan saudaraku itu
    Dibawah hiruk pikuk tikus-tikus menyebalkan
    Namun hukum tak cukup jadi racun tikus

    Denagrlah suara-suara ini tuan
    Kasihan saudaraku itu
    Haknya terasa menjadi satu angan yang berlebihan
    "saat ingin merasakan beras berlimpah"
    "Saat ingin merasakan mobil mewah"
    "Saat ingin menikmati duniawimu tuan"
    "dan saat ingin tidur dalam lelap yang layak"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar